BAB
II ISI
2.1
Arti Pentingnya Struktur Pengendalian
Intern
Arti pentingnya struktur pengendalian intern (SPI)
bagi manajemen dan auditor independen sudah lama diakui dalam profesi akuntasi,
dan pengakuan tersbut semakin meluas dengan alasan :
Semakin luas lingkup
dan ukuran perusahaan mengakibatkan di dalam banyak hal manajemen tidak dapat
melakukan pengendalian secara langsung atau secara pribadi terhadap jalannya
operasi perusahaan. Manajemen hanya harus mempercayai berbagai laporan dan
hasil analisis mengenai keefektifan operasinya. Sedangkan tanggung jawab yang
utama untuk menjaga keamanan harta milik perusahaan dan untuk mencegah
kesalahan-kesalahan dan ketidakberesan terletak di tangan manajemen.
Pengecekan dan review
yang melekat pada system pengendalian intern yang baik akan dapat melindungi
dari kelemahan manusia dan mengurangi kemungkinan kekeliruan dan penyimpangan
yang akan terjadi.
Di lain pihak, adalah
tidak praktis bagi auditor untuk melakukan pengauditan secara menyeluruh atau
secara detail untuk hamper semua transaksi perusahaan di dalam waktu dan biaya
yang terbatas.
Oleh karena itu bagi manajemen mempertahankan terus
adanya struktur pengendalian intern (SPI) termasuk struktur pelaporan yang baik
adalah sangat diperlukan agar dapat melepaskan, menyerahkan atau mendelegasikan
wewenang dan tanggung jawabnya dengan tepat.
2.2 Pengertian
Struktur Pengendalian Intern
Pengertian Struktur Pengendalian Intern menurut
Mulyadi adalah “Pengendalian Intern meliputi struktur organisasi metode
dan prosedur yang dikoordinasikan dan diterapkan dalam perusahaan dengan tujuan
untuk mengamankan harta milik perusahaan, mengecek ketelitian dan keandalan
data akuntansinya, mendorong efisiensi, dan mendorong dipatuhinya kebijakan
manajemen yang telah ditetapkan sebelumnya.
Sedangkan menurut Bodnar and Hopwood, Struktur
Pengendalian Intern adalah “kebijakan dan prosedur untuk menyediakan jaminan
yang memadai bahwa tujuan perusahaan dapat dicapai.”
Secara umum, Pengendalian Intern merupakan bagian dari
masing-masing sistem yang dipergunakan sebagai prosedur dan pedoman pelaksanaan
operasional perusahaan atau organisasi tertentu.
Sedangkan Sistem Pengendalian Intern merupakan
kumpulan dari pengendalian intern yang terintegrasi, berhubungan dan saling
mendukung satu dengan yang lainnya.
Di lingkungan perusahaan, pengendalian intern
didifinisikan sebagai suatu proses yang diberlakukan oleh pimpinan (dewan
direksi) dan management secara keseluruhan, dirancang untuk memberi suatu
keyakinan akan tercapainya tujuan perusahaan yang secara umum dibagi kedalam
tiga kategori, yaitu :
a) Keefektifan dan efisiensi operasional
perusahaan
b) Pelaporan Keuangan yang handal
c) Kepatuhan terhadap prosedur dan peraturan
yang diberlakukan
Suatu pengendalian intern bisa dikatakan efektif
apabila ketiga kategori tujuan perusahaan tersebut dapat dicapai, yaitu dengan
kondisi :
1.
Direksi dan manajemen mendapat pemahan
akan arah pencapain tujuan perusahaan, dengan, meliputi pencapaian tujuan atau
target perusahaan, termasuk juga kinerja, tingkat profitabilitas, dan keamanan
sumberdaya (asset) perusahaan.
2.
Laporan Kuangan yang dipublikasikan
adalah handal dan dapat dipercaya, yang meliputi laporan segmen maupun interim.
3.
Prosedur dan peraturan yang telah
ditetapkan oleh perusahaan sudah ditaati dan dipatuhi dengan semestinya.
2.3 Struktur Pengendalian Intern
Sruktur pengendalian intern terdiri dari 5 (lima) komponen, yaitu :
(1) Lingkungan Pengendalian
Merupakan dasar dari komponen
pengendalian yang lain yang secara umum dapat memberikan acuan disiplin.
Meliputi : Integritas, Nilai Etika, Kompetensi personil perusahaan, Falsafah
Manajemen dan gaya operasional, cara manajemen di dalam mendelegasikan tugas
dan tanggung jawab, mengatur dan mengembangkan personil, serta, arahan yang
diberikan oleh dewan direksi.
Kunci lingkungan pengendalian adalah:
·
Integritas dan Etika
·
Komitmen terhadap Kompetensi
·
Struktur Organisasi
·
Pendelegasian Wewenang dan Tanggung
Jawab
·
Praktik dan Kebijakan Sumber Daya
Manusia yang Baik
(2) Penilaian Resiko
Identifikasi dan analisa atas resiko
yang relevan terhadap pencapaian tujuan yaitu mengenai penentuan “bagaimana
resiko dinilai untuk kemudian dikelola”. Komponen ini hendaknya
mengidentifikasi resiko baik internal maupun eksternal untuk kemudian dinilai.
Sebelum melakukan penilain resiko, tujuan atau target hendaknya ditentukan
terlebih dahulu dan dikaitkan sesuai dengan level-levelnya.
Langkah-langkah dalam penaksiran risiko adalah sebagai berikut:
·
Mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi risiko
·
Menaksir risiko yang berpengaruh cukup
signifikan
·
Menentukan tindakan yang dilakukan untuk
me-manage risiko
(3) Aktivitas Pengendalian
Kebijakan dan prosedur yang dapat
membantu mengarahkan manajemen hendaknya dilaksanakan. Aktivitas pengendalian
hendaknya dilaksanakan dengan menembus semua level dan semua fungsi yang ada di
perusahaan.
Aktivitas pengendalian meliputi:
·
Pemisahan fungsi/tugas/wewenang yang
cukup
·
Otorisasi traksaksi dan aktivitas
lainnya yang sesuai
·
Pendokumentasiaan dan pencatatan yang
cukup
·
Pengendalian secara fisik terhadap aset
dan catatan
·
Evaluasi secara independen atas kinerja
·
Pengendalian terhadap pemrosesan
informasi
·
Pembatasan akses terhadap sumberdaya dan
catatan
(4) Informasi dan Komunikasi
Menampung kebutuhan perusahaan di dalam
mengidentifikasi, mengambil, dan mengkomukasikan informasi-informasi kepada
pihak yang tepat agar mereka mampu melaksanakan tanggung jawab mereka. Di dalam
perusahaan (organisasi), Sistem informasi merupakan kunci dari komponen pengendalian
ini. Informasi internal maupun kejadian eksternal, aktifitas, dan kondisi
maupun prasyarat hendaknya dikomunikasikan agar manajemen memperoleh informasi
mengenai keputusan-keputusan bisnis yang harus diambil, dan untuk tujuan
pelaporan eksternal.
(5) Pengawasan
Pengendalian intern seharusnya diawasi
oleh manajemen dan personil di dalam perusahaan. Ini merupakan kerangka kerja
yang diasosiasikan dengan fungsi internal audit di dalam perusahaan
(organisasi), juga dipandang sebagai pengawasan seperti aktifitas umum
manajemen dan aktivitas supervise. Adalah penting bahwa defisiensi pengendalian
intern hendaknya dilaporkan ke atas. Dan pemborosan yang serius seharusnya
dilaporkan kepada manajemen puncak dan dewan direksi, hal ini meliputi :
·
Mengevaluasi temuan-temuan, reviu,
rekomendasi audit secara tepat.
·
Menentukan tindakan yang tepat untuk
menanggapi temuan dan rekomendasi dari audit dan reviu.
·
Menyelesaikan dalam waktu yang telah
ditentukan tindakan yang digunakan untuk menindaklanjuti rekomendasi yang
menjadi perhatian manajemen.
Kelima komponen ini terkait satu dengan
yang lainnya, sehingga dapat memberikan kinerja sistem yang terintegrasi yang
dapat merespon perubahan kondisi secara dinamis. Sistem Pengendalian Internal
terjalin dengan aktifitas opersional perusahaan, dana akan lebih efektif
apabila pengendalian dibangun ke dalam infrastruktur perusahaan, untuk kemudian
menjadi bagian yang paling esensial dari perusahaan (organisasi).
2.4 Pemahaman Struktur Pengendalian Intern
Langkah pertama dalam metodologi untuk
memenuhi standar pekerjaan lapangan, yang kedua adalah memperoleh pemahaman SPI
untuk perencanaan audit. Untuk tujuan perencanaan audit, pemahaman yang harus
diperoleh meliputi:
1.
Perencanaan (design) kebijakan dan
prosedur yang berkaitan dengan masing-masing elemen struktur pengendalian
2.
Penerapan dalam operasi atau kegiatan
perusahaan sehari-hari.
Pemahaman struktur pengendalian intern akan digunakan oleh auditor untuk :
1.
Identifikasi type atau jenis salah saji
yang potensial
2.
Mempertimbangkan factor-faktor yang
mempengaruhi resiko salah saji yang material
3.
Merancang pengujian subtantif
Prosedur pemahaman pengendalian intern
dalam arti penilaian secara kritis terhadap kelemahan dan kebaikan struktur
pengendalian intern yang berlaku dapat dibagi menjadi beberapa tahap sebagai
berikut :
1) Melakukan review pendahuluan atau memahami
pengendalian intern yang diterapkan manajemen, serta menentukan potensi dapat
dipercayanya pengendalian intern tersebut
2) Mendokomentasi hasil pemahaman
3) Melakukan pengamatan transaksi secara
sepintas
4) Identifikasi dapat tidaknya pengendalian
tersebut diandalkan atau dipercaya
5) Menentukan pengaruh SPI terhadap pengujian
subtantif
Sifat, saat dan luasnya
prosedur yang dipilih auditor untuk memperoleh pemahaman akan bervariasi dengan
ukuran dan kompleksitas entitas, pengalaman sebelumnya dengan entitas, sifat
pengendalian khusus yang terkait, dan sifat dokumentasi pengendalian khusus
yang diselenggarakan oleh entitas. Apakah suatu pengendalian telah dioperasikan
adalah berbeda dari efektivitas operasinya. Dalam memperoleh pengetahuan
tentang apakah pengendalian telah dioperasikan, auditor menentukan bahwa
entitas telah menggunakannya. Di lain pihak, efektivitas operasi, berkaitan
dengan bagaimana pengendalian tersebut diterapkan, konsistensi penerapannya,
dan oleh siapa pengendalian tersebut dilakukan.
2.5 Strategi
Audit
Strategi audit adalah aktivitas yang pertama kali dilakukan dari seluruh
rangkaian kegiatan audit. Strategi audit dapat didefinisikan sebagai proses
penyusunan arahan atau petunjuk audit dan penyelarasan antara pemahaman auditor
atas kegiatan auditan dengan fokus audit yang akan dilakukan. Auditor harus
mempertimbangkan kegiatan utama (main activity) auditan dan indikator
kinerja untuk industri atau perusahaan sejenis yang dapat berpengaruh terhadap
proses audit. Auditor perlu juga mengidentifikasi faktor-faktor penting bagi
keberhasilan pelaksanaan audit, baik dalam menyusun program audit untuk
merumuskan opini audit maupun dalam menyediakan jasa pelayanan profesional
bermutu lainnya yang diharapkan auditan.
Auditor bertanggung jawab dalam mengembangkan strategi audit dan
mengkomunikasikannya kepada anggota tim audit lainnya. Auditor dapat pula
mendelegasikan beberapa elemen dalam menyusun strategi audit dan mencari
masukan dari pihak lain yang lebih kompeten. Untuk auditan yang memiliki lebih
dari satu divisi atau bagian dengan usaha atau kegiatan yang berbeda dapat
dipertimbangkan untuk menyusun strategi audit yang berbeda untuk masing-masing
divisi atau bagian.
Auditor menggunakan bermacam teknik
untuk menentukan seberapa besar ketergantungan relatif untuk menempatkan dalam
pengendalian dan tes substantif pada penemuan bukti. Auditor
mengidentifikasikan kontrol kemudian membuat keputusan bagaimana pengendalian
terkait mempengaruhi tes substantif.
2.5.1 Jenis –
Jenis Strategi Audit
Dua alternatif strategi audit
mungkin dikembangkan untuk asersi terkait saldo akun yang signifikan atau
penggolongan transaksi.
1. Primarily
substantive approach ( Pendekatan Terutama Substantif )
Auditor mengumpulkan hampir semua
bukti audit, dan hampir atau sama sekali tidak mempercayai Internal Control.
Pada dasarnya ada tiga alasan auditor menggunakan pendekatan ini :
a. Hanya ada
sedikit (jika ada) kebijakan dan prosedur pengendalian internal yang relevan
dengan perikatan audit atas Laporan Keuangan.
b. Kebijakan
dan prosedur pengendalian internal yang berkaitan dengan asersi untuk akun dan
golongan transaksi signifikan tidak efektif.
c. Peletakan
kepercayaan besar terhadap pengujian substantif lebih efisien untuk asersi
tertentu.
2. Lower
control risk approach.
Auditor meletakkan kepercayaan
moderat atau tingkat kepercayaan penuh terhadap pengendalian internal, akibatnya
audit hanya sedikit melaksanakan pengujian substantif.
Perbandingan dua strategi audit dapat dilihat dibawah ini :
Comparasion
|
Primarily Substantive Approach
|
Lower Control Risk Approach
|
1.
Asersi
dari risiko kontrol
2.
Keluasan
prosedur untuk memperoleh pemahaman pengendalian internal
3.
Pengujian
dari kontrol
4.
Pengujian
substantive
|
a.
Tingkat
menengah – maksimum
b.
Sedikit
c.
Sedikit
b.
- Luas
|
a.
Tingkat
moderat – rendah
b.
Lebih luas
c.
Luas
b.
- Terbatas
|
Dalam memilih alternatif strategi audit tersebut,
auditor mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut:
1. Planned
assessed level of control risk
2. Luas
pemahaman auditor terhadap struktur pengendalian interaln yang dihimpun
3. Test of
control yang dilaksanakan dalam menentukan risiko pengendalian
4. Planned
assessed level of substantive test yang dilaksanakan auditor untuk
mengurangi risiko audit pada tingkat serendah mungkin.
Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan (Planned assessed level of
control risk) yang tinggi, berarti auditor mengangap bahwa struktur
pengendalian internal klien adalah sangat efektif dan dapat mengurangi
kemungkinan salah saji. Oleh karena itu, auditor harus menguji kebenaran
anggapannya tersebut. Auditor lebih banyak melakukan pengujian pengendalian.
Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan (Planned assessed level of
control risk) yang rendah, berarti auditor menganggap bahwa struktur
pengendalian intern klien sangt tidak efektif dan tidak akan dapat mencegah
terjadinya salah saji. Oleh karena itu, auditor kemudian menguji apakah salah
saji yang tak terdeteksi oleh struktur pengendalian intern klien tersebut,
dapat dideteksi oleh prosedur audit. Oleh karena itu, auditor melakukan
pengujian substantif.
Luas pemahaman auditor terhadap struktur pengendalian internal juga
mempengaruhi pemilihan strategi audit. Apabila auditor sangat memahami struktur
pengendalian internal klien, maka auditor dapat memilih strategi audit Primarily
substantive approach. Apabila auditor kurang memahami struktur pengendalian
internal klien, maka auditor dapat memilih strategi audit Lower assessed
level of control risk approach.
2.6 Pentingnya strategi audit
Strategi audit adalah elemen fundamental dalam pelaksanaan audit. Proses
penyusunan strategi memungkinkan auditor untuk:
1.
dapat
diungkapkan dengan cara-cara yang relevan bagi manajemen auditan.
2.
Memahami
kegiatan auditan, dalam sektor atau industri apa auditan bergerak dan tujuan
kegiatan auditan.
3.
Memahami
keefektifan pengendalian internal dan merancang pendekatan audit.
4.
Mendapatkan
bukti audit yang efektif.
5. Memperlancar
komunikasi dengan manajemen auditan dan antar anggota tim audit itu sendiri.
2.7 Program
Audit
Audit program adalah
daftar prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan yang dimaksudkan untuk
meningkatkan koordinasi dan integrasi semua bagian-bagian pemeriksa. Kegunaan
dari audit program adalah memperoleh gambaran manyeluruh atas audit proses yang
dilakukan. Pembuktian yang cukup harus diperoleh melalui pengamatan, tanya
jawab dan teknik lainnya sebagai dasar yang layak untuk pemberian pendapat atas
ikhtisar keuangan yang diperiksanya.
Pemeriksaaan (aktivitas
audit) harus direncanakann sebaik-baiknya dn jika digunakan tenaga-tenaga
pembantu, mereka harus dipimpin dan diawasi dengan baik.Pemeriksaan harus
dilaksanakan oleh seorang atau beberapa prang yang telag menjalani latihan
teknis yang cukup dan memiliki keahlian sebagai akuntan. Dalam segala hal yang
berhubungan dengan penugasannya, akuntan harus senantiasa mempertahankan
kebebasan tindak dan pendapatnya, Dan dalam melaksanakan pemeriksaan dan
menyusun laporan akuntan wajib menjalankan kemahiran jabatannya dengan seksama.
Pengertian audit program
adalah prosedur langkah demi langkah yang diterapkan oleh perusahaan audit
(KAP) tergantung pada ruang lingkup auditnya yang harus diikuti oleh akuntan
(auditor) dalam melakukan audit.
Program audit adalah
serangkaian kebijakan dan prosedur untui menentukan bagaimana evaluasi bisnis
(proses audit) harus dilakukan. Audit Program pada umumnya melibatkan petunjuk
khusus seperti apa, berapa banyak buktu harus dikumpulkan dan evaluasi, serta
yang akan mengumpulkan dan menganalisis
data tersebut dan termasuk juga kapan hal tersebut harus dilakukan.
Jenis audit program yang digunakan biasanya disesuaikan dengan jenis bisnis
tertentu.
Definisi audit program
adalah serangkaian rencana tindakan auditor berisikan pekerjaan apa yang harus
diselesaikan, tes audit & prosedur apa yang harus diikuti, siapa saja orang
yan bertanggung jawab untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut , dan beberapa
lama waktu yang dibutuhkan agar pekerjaan tersebut dapat diselesaikan.
2.7 Tujuan Program Audit
1. Sebagai acuan pengumpulan data dan proses evluasi pelaksaanan tuga audit
2.Sebagai pedoman spesifik dan langkah-langkah yang harus diikuti dalam
mengumpulkan buktu audit
3.Sebagai saraana perbandingan data yang dikumpulkan dari tahun-tahun
sebelumnya
4.Sebagai alat untuk mengontrol dan mencatat pelaksanaan yang tepat dari
pekerjaan audit untuk meninjau pekerjaan audit
5.Sebagai buktu audit yang mendukung pendapat auditor.
Maksud suatu program audit adalah mengatur
secara sistematis prosedur audit yang akan dilaksankan selama audit
berlangsung. Program audit tersebut menyatakan bahwa prosedur audit yang
diyakini oleh auditor merupakan hal yang penting untuk mencapai tujuan audit.
Program audit juga mendokumentasikan strategi audit.Biasanya auditor berusaha
menyeimbangkan prosedur audit top-down dan bottom-up ketika mengembangkan suatu
program audit.
2.8 Jenis
Program Audit
1. Prosedur Analitis
Prosedur ini meneliti hubungan yang dapat
diterima antara data keuangan dan data non-keuangan untuk mengembangkan harapan
atas saldo laporan keuangan.
a. Prosedur awal
Yakni prosedur untuk
memperoleh pemahaman atas (1) faktor persaingan bisnis dan industri klien, (2)
struktur pengendalian internnya. Auditor juga melaksanakan prosedur awal untuk
memastikan bahwa catatan-catatan dalam buku pembantu sesuai dengan akun
pengendali dalam buku besar.
1. Pengujian Estimasi Akuntansi
Pengujian
ini meliputi pengujian subtantif atas saldo.
2. Pengujian pengendalian
Adalah pengujian pengendalain intern yang
ditetapkan oleh strategi audit dari auditor.
3. Pengujian transaksi
Adalah pengujian substantif
yang terutama meliputi tracing atau vouching transaksi berdasarkan bukti
dokumenter yang mendasari.
4. Pengujian Saldo
Berfokus pada perolehan bukti secara langsung
tentang saldo akun serta item-item yang membentuk saldo tersebut.
5. Pengujian penyajian dan pengungkapan
Mengevaluasi penyajian secara wajar semua
pengungkapan yang dipersyaratkan oleh GAAP.
2.9 Manfaat Audit Program
Program audit yang disusun dengan baik seharusnya bisa memberikan manfaat
antara lain :
1. Memberikan rencana sistematis untuk setiap tahap pekerjaan audit
2. Menjadi dasar penugasan auditor
3. Menjadi sarana pengawasan dan evaluasi kemajuan pekerjaan audit
4. Memungkinkan supervisor audit dan manajer membandingkan apa yang dikerjakan
dengan apa yang direncanakan
5. Membantu auditor pada audit selanjutnya untuk mengenal lebih dekat
jenis-jenis pekerjaan audit yang dilakukan dan waktu yang dibutuhkan
6. Mengurangi waktu supervise
7. Titik awal bagi penilai fungsi audit internal untuk mengevaluasi upaya
audit yang telah dilakukan
8. Kapan menyiapkan program Audit.
Audit Program yamg baik
mencamtumkan :
1.Tujuan pemeriksaan (audit objective)
2.Prosedur audit yang akan dijalankan
3.Kesimpulan pemeriksaan
Prosedur audit program :
1.Prosedur audit program untuk compliance test
2.Prosedur audit program untuk substantive test
3.Prosedur audit program untuk keduanya
2.10 Program Kerja Audit
Program kerja audit merupakan rencana dan langkah kerja yang harus
dilakukan selama audit yang didasarkan atas tujuan dan sasaran yang diterapkan
serta informasi yang ada tentang aktiviutas yang diaudit. Untuk hasi yang lebih baik, bisa saja dilakukan
perubahan proseur ditengah pelaksanaan pekerjaan lapangan . Karena program
audit bukanlah sesuatau yang bersifat kaku dan dogmatis melainkan dinamis dan
lentur.
Ada beberapa manfaatdari penyusunan program
kerja audit, antara lain :
a. Merupakan suatu rencana yang sistematis tentang
setiap tahap yang sistematis tentang
tahap kegiatan yang isa dikomunikasikan
kepada semua tim audit.
b. Merupakan landasan yang sistematis dalam memberikan tugas
kepada auditor dan supervisor
c. Sebagai dasar untuk membandingkan pelaksanaan kegiatan
dengan rencana yang telah disetujui dan dengan standar seta persyaratan yang
telah disetujui dengan standar serta persyaratan yang telah ditetapkan.
d. Membangun para auditor yang belum berpengalaman dan
membiasakan mereka dengan ruang lingkup, tujuan serta langkah-langkah kegiatan
audit.
e. Membantu
auditor untuk mengenali sifat yang telah
dikerjakan sebelumnya
f. Dapat mengurangi kegiatan pengawasan
langsung oleh supervisor.
Penyusnan program audit manajemen lebih sulit
dan lebih menantang dibandingkan dengan program audit keuangan. Karena audit
manajemen melibatkan berbagai elemen sistem perencanaan dan pengendalklian menajemen kegiatan operasional
unit organisasi yang diperiksa.
Setiap program kerja audit biasanya mengandung empat hal pokok, yaitu :
1. Informasi pendahuluan
2. Pernyataan
tujuan audit
3. Instruksi-instruksi
khusus
4. Langkah-langkah
kerja
Fungsi program jerja audit adlam audit manajemen
sangatlah penting, maka program kerja audit harus disusun sedemikian rupa agar
bisa dijadikan sarana pengendalian pelaksanaan audit. Adapun ketentuan yang
harsu diperhatikan dalam menyususn program kerja audit antara lain :
1. Tujuan audit harus dinyatakan secara jelas dn harus dpaat dicapai
atas dasar pekerjaan yang direncanakan dalam progrm kerja audit.
2. Program
kerja audit harus disusun sesuai dengan penugasan yang bersangkutan
3. Setiap
langkah kerja harus merinci pekerjaan yang harus dilakuakan alasan-alasannya
4. Progranm kertas kerja audit harus fleksibel dn setiap perubahan
yang dilakukan harus dengan persetujuan atasan auditor
5. Program kertas kerja audit harus fleksibel dan setiap perubahan
yang dilakukan harus dengan persetujuan atasan auditor.
6. Program kerja audit hendaknya hanya berisi informasi yang perlu
untuk melaksanakan audit dan evaluasi
secara tepat.
7. Program kerja audit tidak boleh memuat perintah untuk memperoleh
informasi yang ada dalam permanent file.
8. Program kerja audit harus menyertakan taksiran-taksiran waktu yang
diperlukan sesuai dengan rencana kerja audit
untuk melaksanakan kegiatan yang bersangkutan.
9. Program kerja audit disiapkan oleh ketua tim audit dan harus
dibahas bersama-sama dengan pengawas dan seluruh anggota audit.
Program kerja audit dibutuhkan agar audit manajemen lebih terarah
dan menjadi lebih efektif serta efisien. Program kerja audit harus disusun
dengan baik agar dapat digunakan dan dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh
auditor . Tanpa adanya program kerja audit atau jika program audit tidak
disusun denngan baik, maka akan dibutuhkan biaya dan waktu yang relative lebih
lama untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan audit.
AUDIT SIKLUS KAS DAN INSTRUMEN KEUANGAN
BalasHapusBerikut ini adalah kelainan yang dapat merupakan ketidakberesan dalam saldo kas akhir tahun klien (dengan asumsi bahwa tanggal laporan posisi keuangan adalah tanggal 30 Juni)
1. Selembar cek dihapus dari daftar cek yang beredar pada rekonsiliasi bank 30 Juni. Cek itu dikliringkan pada tanggal 7 Juli
2. Selembar cek dihapus dihapus dari daftar cek yang beredar pada rekonsiliasi bank 30 Juni. Cek itu dikliringkan pada tanggal 6 September
3. Penerimaan kas atas piutang dari tanggal 1 sampai dengan 5 Juli dicantumkan sebagai penerimaan kas tanggal 29 dan 30 Juni
4. Suatu pinjaman dari bank pada tanggal 26 Juni dikredit secara langsung ke rekening bank klien. Pinjaman itu tidak dicatat sampai tanggal 30 Juni
5. Selembar cek tertanggal 24 Juni dan dikeluarkan dalam bulan Juni tidak dicatat dalam jurnal pengeluaran kas, tetapi dimusnahkan sebagai cek yang beredar pada tanggal 30 Juni
6. Suatu transfer bank yang dicatat dalam catatan akuntansi pada tanggal 1 Juli dimasukkan sebagai setoran dalam perjalanan pada tanggal 30 Juni
Diminta:
a. Prosedur pengendalian intern apa yang dapat dibentuk untuk setiap ketidakberesan ini guna mengurangi kemungkinan terjadinya
b. Sebutkan prosedur audit apa yang dapat digunakan untuk mengungkapkan setiap ketidakberesan
mohon petunjuk dan arahannya bos??