TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Landasan
Teori
Suatu landasan teori dari suatu
penelitian tertentu atau karya ilmiah sering juga disebut sebagai studi
literatur atau tinjauan pustaka.
Landasan teori membahas
teori-teori tentang ilmu-ilmu yang diteliti, Penyajian teori bersumber dari
literatur-literatur yang relevan dan teori yang dikemukakan harus benar-benar
menjadi dasar bidang yang diteliti. membahas temuan-temuan penelitian
sebelumnya yang terkait langsung dengan focus penelitian.
Secara sistematika suatu
penelitian, landasan teori terdiri dari: (1) studi kepustakaan, (2) kerangka
pikir, (3) penelitian yang relevan, dan (4) hipotesis penelitian.
1. Studi
Kepustakaan
Sumber-sumber kepustakaan dapat diperoleh dari: buku,
jurnal, majalah, hasil-hasil penelitian (tesis dan disertasi), dan
sumber-sumber lainnya yang sesuai (internet, koran dll.)
Manfaat
yang diperoleh dari kajian literatur adalah: (Iskandar: 2008)
1) Mengenali
teori-teori dasar dan konsep yang telah dikemukakan oleh para ahli terdahulu
tentang relevan dengan variabel-variabel yang diteliti.
2) Mengikuti
perkembangan dalam penelitian dalam bidang yang akan diteliti.
3) Memanfaatkan
data sekunder
4) Menghindarkan
duplikasi.
5) Penelusuran
dan penelaahan literatur yang relevan dengan masalah penelitian untuk
mengungkapkan buah pikiran secara sistematis, kritis dan analitis.
Adapun
fungsi kajian literatur menurut Iskandar (2008: 51) adalah sebagai berikut:
1) Literatur
meningkatkan pemahaman peneliti tentang teori-teori yang relevan terhadap
masalah yang diteliti.
2) Kajian
literatur tentang teori berfungsi untuk menjelaskan, membedakan, meramal dan
mengendalikan suatu fenomena-fenomena atau suatu gejala-gejala yang berhubungan
dengan masalah penelitian.
3) Kajian
literatur dapat menimbulkan gagasan dan mendasari penelitian yang akan
dilakukan oleh peneliti.
4) Kajian
literatur menguraikan teori-teori, temuan-temuan peneliti terdahulu dan bahan
penelitian lainnya yang diperoleh dari acuan, yang dijadikan landasan untuk
melakukan penelitian yang diusulkan.
5) Kajian
literatur membantu peneliti untuk menjelaskan latar belakang masalah yang
diteliti.
6) Kajian
literatur meningkatkan keyakinan dan motivasi bagi peneliti. Penguasaan teori
yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, dapat mendukung keyakinan akan
pengetahuan peneliti untuk termotivasi melakukan penelitian sampai menemukan
hasil penelitian.
7) Kajian
literatur dapat meningkatkan kemampuan pemahaman peneliti secara mendalam dalam
disiplin ilmu yang diteliti.
8) Kajian
literatur dapat peneliti gunakan untuk menyusun kerangka konseptual yang
digunakan dalam penelitian.
9) Kajian
literatur mengacu kepada daftar pustaka.
Cara
mengutip karya atau sumber tertulis itu sebagai berikut:
a) Kutipan langsung yang terdiri atas tidak lebih
dari 3 baris atau tidak lebih dari 40 kata ditempatkan didalam paragraf
sebagaimana baris yang lain, tetapi diapit oleh tanda petik dua (“…”) yang
dimulai atau ditutup dengan identitas rujukan.
Contoh:
Tolla
(1996:89) menegaskan “Metode CBSA dalam pengajaran bahasa berdasarkan
pendekatan komunikatif seharusnya berbeda denga metode CBSA dalam bidang studi
yang lain.”
Cara
yang lain adalah “Metode CBSA dalam pengajaran bahasa berdasarkan pendekatan komunikatif
seharusnya berbeda denga metode CBSA dalam bidang studi yang lain.” (Tolla,
1996:89).
b) Kutipan
langsung yang terdiri atas lebih dari 3 baris atau lebih dari 40 kata diketik
dalam paragraf tersendiri dengan spasi tunggal yang didahului dan ditutup
dengan tanda petik dua (“…”) dan dimulai pada ketukan ketujuh.
Contoh:
“Perihal perbedaan metode CBSA dalam pengajaran bahasa harus diwarnai oleh aktivitas berbahasa secara dinamis dan kreatif. Keaktifan secara intelektual tanpa disertai dengan keaktifan verbal tidak dapat dikatakan CBSA dalam pengajaran bahasa karena hakikat bahasa adalah tuturan lisan yang kemudian dikembangkan menjadi aturan lisan dan tulisan. Oleh karena itu, CBSA dalam pengajaran bahasa harus dimuati dengan kreativitas berbahasa sehingga nama yang poaling tepat adalah CBSA Komunikatif.”
“Perihal perbedaan metode CBSA dalam pengajaran bahasa harus diwarnai oleh aktivitas berbahasa secara dinamis dan kreatif. Keaktifan secara intelektual tanpa disertai dengan keaktifan verbal tidak dapat dikatakan CBSA dalam pengajaran bahasa karena hakikat bahasa adalah tuturan lisan yang kemudian dikembangkan menjadi aturan lisan dan tulisan. Oleh karena itu, CBSA dalam pengajaran bahasa harus dimuati dengan kreativitas berbahasa sehingga nama yang poaling tepat adalah CBSA Komunikatif.”
2.
Kutipan
Tidak Langsung
Kutipan tidak langsung umumnya tampil bervariasi;
bergantung kepada gaya bahasa peneliti. Setiap peneliti mempunyai cara
sendiri-sendiri mengungkapkan kembali ide atau konsep orang lain didalam
tulisannya. Ada peneliti yang memberi komentar lebih panjang, tetapi ada yang
menyatakannya dengan singkat. Kutipan tidak langsung tidak perlu disertai
dengan halaman buku sumber, cukup dengan mencantumkan nama peneliti yang diikuti
dengan tahun terbitan buku sumber.
Contoh :
Tolla
(1996) mengemukakan bahwa metode CBSA dalam pengajaran perlu dibedakan dengan
metode CBSA dalam bidang studi yang lain kerena pengajaran bahasa
mempunyai karakteristik khusus yang berbeda dengan bidang studi yang lain.
Cara Lain:
Penerapan
metode CBSA dalam pengajaran bahasa harus dibedakan dengan penerapannya dalam
bidang studi yang lain dengan alasan bahwa karakteristik pengajaran bahasa
adalah penggunaan bahasa secara dinamis dan kreatif (Tolla, 1996).
Kerangka
Pikir
Kerangka pikir merupakan intisari dari teori yang
telah dikembangkan dan mendasari perumusan hipotesis. Teori yang telah
dikembangkan dalam rangka memberi jawaban terhadap pendekatan pemecahan masalah
yang menyatakan hubungan antar variabel berdasarkan pembahasan teoritis.
Perlu dijelaskan bahwa tidak semua penelitian memiliki
kerangka pikir. Kerangka pikir pada umumnya hanya diperuntukkan pada jenis
penelitian kuantatif. Untuk penelitian kualitatif kerangka berpikirnya terletak
pada kasus yang selama ini dilihat atau diamati secara langsung oleh peneliti.
Sedangkan untuk penelitian tindakan kerangka berpikirnya terletak pada
refleksi, baik pada peneliti maupun pada partisipan. Hanya dengan kerangka
berpikir yang tajam akan dapat digunakan untuk merumuskan hipotesis.
Kemampuan peneliti untuk menyusun kerangka teoritis
akan sangat terkait dengan upaya penelusuran studi kepustakaan, sebagai upaya
memperoleh sejumlah referensi yang mendukung dan tepat untuk membahas lingkup
kajian penelitian yang dilakukan. Selanjutnya kerangka teoritis yang disusun
akan bermanfaat pada saat peneliti menentukan hipotesis penelitian.
Kerangka Konsep
Penentuan kerangka
konseptual oleh peneliti akan sangat membantu dalam menentukan arah pelaksanaan
penelitian. Kerangka konseptual merupakan kerangka pikir mengenai hubungan
antar variabel-variabel yang terlibat dalam penelitian atau hubungan antar
konsep dengan konsep lainnya dari masalah yang diteliti sesuai dengan apa yang
telah diuraikan pada studi kepustakaan.
Konsep dalam hal ini
adalah suatu abstraksi atau gambaran yang dibangun dengan menggeneralisasikan
suatu pengertian. Oleh karena itu, konsep tidak dapat diamati dan diukur secara
langsung. supaya konsep tersebut dapat diamati dan diukur, maka konsep tersebut
harus dijabarkan terlebih dahulu menjadi variabel-variabel.
Kerangka konseptual yang
baik menurut Uma Sekaran sebagaimana yang dikutip oleh Sugiyono dalam Iskandar
(2008: 54) sebagai berikut:
1) Variabel-variabel penelitian yang akan diteliti harus jelas.
2) Kerangka
konseptual haruslah menjelaskan hubungan antara variabel-variabel yang akan
diteliti, dan ada teori yang melandasi.
3) Kerangka
konseptual tersebut lebih selanjutnya perlu dinyatakan dalam bentuk diagram,
sehingga masalah penelitian yang akan dicari jawabannya mudah dipahami.
Dengan adanya kerangka
konseptual akan bermanfaat bagi:
1. Minat
penelitian akan lebih terfokus ke dalam bentuk yang layak diuji dan akan
memudahkan penyusunan hipotesis.
2. Memudahkan
identifikasi fungsi variabel penelitian, baik sebagai variabel bebas, variabel
tergantung, variabel kontrol/kendali, variable moderator atau variabel lainnya.
Contoh “pendidikan”
adalah konsep. Agar dapat diukur maka dijabarkan dalam bentuk variabel,
misalnya: “tingkat pendidikan atau jenis pendidikan atau latar belakang
pendidikan”. “kemampuan guru” adalah konsep, dapat dijabarkan dalam bentuk
varibel misalnya: “kompetensi pedagogic atau kompetensi professional”.
“Motivasi” adalah teori, agar dapat diukur dijabarkan menjadi variabel,
misalnya “motivasi belajar atau motivasi berprestasi atau motivasi bekerja”.
Ketiga contoh di atas dapat disebut sebagai variabel bebas atau variable
terikat.
Cara yang terbaik untuk
mengembangkan kerangka konseptual tentu saja harus memperkaya asumsi-asumsi
dasar yang berasal dari bahan-bahan referensi yang digunakan. Hal ini dapat
diperkuat dengan mengadakan amatan-amatan langsung pada lingkup area masalah
yang akan dijadikan penelitian. Dengan demikian kerangka konseptual yang dibuat
merupakan paduan yang harmonis antara hasil pemikiran dari konsep-konsep
(deduksi) dan hasil empirikal (induksi).
Pola berpikir deduksi
adalah proses logika yang berdasar dari kebenaran umum mengenai suatu fenomena
(teori) dan menggeneralisasikan kebenaran tersebut pada suatu peristiwa atau
data tertentu yang berciri sama dengan fenomena yang bersangkutan. Pola pikir
induksi adalah proses logika yang berangkat dari data empirik lewat observasi
menuju kepada suatu teori. Dengan kata lain induksi adalah proses mengorganisasikan
fakta-fakta atau hasil-hasil pengamatan yang terpisah menjadi suatu rangkuman
hubungan atau suatu generalisasi.
Merumuskan
Hipotesis
Hipotesis
Penelitian
Hipotesis diturunkan
melalui teori. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah
penelitian. Hipotesis adalah suatu pernyataan yang masih harus diuji
kebenarannya secara empiris. (Iskandar, 2008 : 56). Menurut Singarimbun dalam
Iskandar (2008 : 56), hipotesis adalah sarana penelitian ilmiah yang penting
dan tidak bisa ditinggalkan, karena ia merupakan instrumen kerja dari teori.
Hipotesis merupakan
gabungan dari kata ”hipo” yang artinya dibawah, dan ”tesis” yang artinya
kebenaran. Secara keseluruhan hipotesis berarti dibawah kebenaran (belum tentu
benar) dan baru dapat diangkat menjadi suatu kebenaran jika memang telah
disertai dengan bukti-bukti. (Suharsimi Arikunto, 2000 : 57). Dengan demikian,
menurut Suharsimi, Hipotesis adalah alternatif dugaan jawaban yang dibuat oleh
peneliti bagi problematika yang diajukan dalam penelitiannya. Dugaan jawaban
tersebut merupakan kebenaran yang sifatnya sementara, yang akan diuji
kebenarannya dengan data yang dikumpulkan melalui penelitian. Dengan
kedudukannya itu, menurut Suharsimi hipotesis dapat berubah menjadi kebenaran,
akan tetapi juga dapat tumbang sebagai kebenaran.
Tujuan peneliti
mengajukan hipotesis adalah agar dalam kegiatan penelitiannya, perhatian
peneliti tersebut terfokus hanya pada informasi atau data yang diperlukan bagi
pengujian hipotesis. Agar pemilihan alternatif dapat tepat, peneliti dituntut
untuk hati-hati dan cermat.
Menurut Borg dan Gall
dalam Suharsimi (2000 : 64) ada empat persyaratan bagi hipotesis yang baik,
yaitu:
1) Hipotesis
hendaknya merupakan rumusan tentang hubungan dua atau lebih variabel.
2) Hipotesis
yang dirumuskan hendaknya disertai dengan alasan atau dasar-dasar teoritik dan
hasil penemuan terdahulu.
3) Hipotesis
harus dapat diuji
4) Rumusan
hipotesis hendaknya yang singkat dan padat.
Sedangkan menurut Mahsun,
(Iskandar, 2008 : 57) hipotesis penelitian hendaklah memiliki sifat-sifat
sebagai berikut:
1) Hipotesis
dibuat dalam bentuk kalimat deklaratif (pernyataan)
2) Hipotesis
harus dapat teruji.
3) Hipotesis
harus rasional, artinya mengemukakan penjelasan yang masuk akal. Hubungan
antara variabel-variabel harus jelas sehingga variabel dapat diukur.
Ditinjau dari operasi
rumusannya, ada dua jenis hipotesis, (Suharsimi Arikunto, 2000 : 60) yaitu:
1) Hipotesis
nol, yakni hipotesis yang menyatakan ketidakadanya hubungan antara variabel.
Dalam notasi, hipotesis ini dituliskan dengan ”Ho”
2) Hipotesis
alternatif atau hipotesis kerja, yakni hipotesis yang menyatakan adanya
hubungan antar variabel. Dalam notasi, hipotesis iuni ditulis dengan ”Ha”.
Hipotesis alternatif ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu hipotesis terarah
dan hipotesis tidak terarah. Bedanya adalah: dalam hipotesis terarah peneliti
sudah berani dengan tegas menyatakan bahwa variabel bebas memang berpengaruh
terhadap variabel tergantung. Sedangkan dalam hipotesis tidak terarah, peneliti
merasakan adanya pengaruh, tetapi belum berani secara tegas menyatakan pengaruh
tersebut. Ia baru berani menyatakan bahwa ada pengaruh.
Ditinjau dari lingkupnya, hipotesis dapat
dibedakan menjadi: (Suharsimi Arikunto, 2000 : 62)
1) Hipotesis mayor adalah hipotesis
mengenai kaitan seluruh variabel dan seluruh subjek penelitian.
2) Hipotesis minor adalah hipotesis
mengenai kaitan sebagian dari variabel, dengan kata lain pecahan dari hipotesis
mayor.
Manfaat
Hipotesis
Penetapan hipotesis dalam sebuah penelitian
memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Memberikan
batasan dan memperkecil jangkauan penelitian dan kerja penelitian.
2. Mengarahkan
dan menyiapkan pola pikir peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan antar
fakta, yang kadangkala hilang begitu saja dari perhatian peneliti.
3. Sebagai
alat yang sederhana dalam memfokuskan fakta yang bercerai-berai tanpa
koordinasi ke dalam suatu kesatuan penting dan menyeluruh.
4. Sebagai
panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta dan antar fakta.
Oleh karena itu kualitas manfaat dari
hipotesis tersebut akan sangat tergantung pada:
1. Pengamatan
yang tajam dari si peneliti terhadap fakta-fakta yang ada.
2. Imajinasi
dan pemikiran kreatif dari peneliti.
3. Kerangka
analisis yang digunakan peneliti.
4. Metode
dan desain penelitian yang dipilih peneliti.
Ciri hipotesis
yang baik
Perumusan hipotesis yang baik dan benar
harus memenuhi ciri-ciri sebagai berikut:
1. Hipotesis
harus dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan deklaratif, bukan kalimat
pertanyaan.
2. Hipotesis
berisi penyataan mengenai hubungan antar paling sedikit dua variabel
penelitian.
3. Hipotesis
harus sesuai dengan fakta dan dapat menerangkan fakta.
4. Hipotesis
harus dapat diuji (testable). Hipotesis dapat diuji secara spesifik
menunjukkan bagaimana variabel-variabel penelitian itu diukur dan bagaimana
prediksi hubungan atau pengaruh antar variabel termaksud.
5. Hipotesis
harus sederhana (spesifik) dan terbatas, agar tidak terjadi kesalahpahaman
pengertian.
Beberapa
contoh hipotesis penelitian yang memenuhi kriteria yang tersebut di atas:
1. Olahraga
teratur dengan dosis rendah selama 2 bulan dapat menurunkan kadar gula darah
secara signifikan pada pasien IDDM.
2. Pemberian
drill berupa latihan soal matematika sebanyak 3 kali dalam seminggu selama 1
bulan siswa SMK kelas 11 dapat meningkatkan prestasi belajar secara signifikan.
Menggali
hipotesis
Didasarkan pada paparan
di atas, maka tentu saja merumuskan hipotesis bukan pekerjaan mudah bagi
peneliti pemula. Oleh karena itu seorang peneliti dituntut untuk dapat menggali
sumber-sumber hipotesis. Untuk itu dipersyaratkan bagi peneliti harus:
1. Memiliki
banyak informasi tentang masalah yang akan dipecahkan dengan cara banyak
membaca literatur yang ada hubungannya dengan penelitian yang sedang
dilaksanakan.
2. Memiliki
kemampuan untuk memeriksa keterangan tentang tempat, objek, dan hal-hal yang
berhubungan satu sama lain dalam fenomena yang sedang diselidiki.
3. Memiliki
kemampuan untuk menghubungkan suatu keadaan dengan keadaan yang lain yang
sesuai dengan kerangka teori dan bidang ilmu yang bersangkutan.
Dari beberapa pendapat
para ahli, dapat disimpulkan bahwa penggalian sumber-sumber hipotesis dapat
berasal dari:
1. Ilmu
pengetahuan dan pengertian yang mendalam yang berkaitan dengan fenomena.
2. Wawasan
dan pengertian yang mendalam tentang suatu fenomena.
3. Materi
bacaan dan literatur yang valid.
4. Pengalaman
individu sebagai suatu reaksi terhadap fenomena.
5. Data
empiris yang tersedia.
6. Analogi
atau kesamaan dan adakalanya menggunakan imajinasi yang berdasar pada fenomena.
Hambatan atau kesulitan
dalam merumuskan hipotesis lebih banyak disebabkan karena hal-hal:
1. Tidak
adanya kerangka teori atau tidak ada pengetahuan tentang kerangka teori yang
jelas.
2. Kurangnya
kemampuan peneliti untuk menggunakan kerangka teori yang ada.
3. Belum
memahami atau belum memiliki pengetahuan tentang teknik-teknik penelitian yang
ada untuk merumuskan kata-kata dalam membuat hipotesis secara benar.
Jenis-jenis
Hipotesis
Penetapan hipotesis tentu
didasarkan pada luas dan dalamnya serta mempertimbangkan sifat dari masalah
penelitian. Oleh karena itu, hipotesispun bermacam-macam, ada yang didekati
dengan cara pandang: sifat, analisis, dan tingkat kesenjangan yang mungkin
muncul pada saat penetapan hipotesis.
Hipotesis
dua-arah dan hipotesis satu-arah
Hipotesis penelitian
dapat berupa hipotesis dua-arah dan dapat pula berupa hipotesis satu-arah.
Kedua macam tersebut dapat berisi pernyataan mengenai adanya perbedaan atau
adanya hubungan.
Contoh hipotesis dua arah:
1. Ada
perbedaan berat badan bayi antara bayi yang memperoleh susu tambahan 3 gelas
dari ibu yang berperan ganda dan ibu yang tidak berperan ganda.
2. Ada
perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diajar dengan strategi pemberian
drill soal latihan dengan siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran
ceramah
Hipotesis dua-arah memang
kurang spesifik, oleh karena itu perlu diformulasikan dalam hipotesis
satu-arah. Contoh:
1. Terdapat
peningkatan berat badan bayi yang signifikan pada bayi yang memperoleh susu
tambahan 3 gelas dari ibu yang berperan ganda dibandingkan dengan berat bayi
yang memperoleh susu tambahan 3 gelas dari ibu yang tidak berperan ganda.
2. Prestasi
belajar siswa yang diajar dengan strategi pemberian drill soal latihan lebih
baik dibandingkan dengan prestasi belajar siswa yang diajar dengan strategi
pembelajaran ceramah.
Hipotesis
Statistik
Rumusan hipotesis
penelitian, pada saatnya akan diuji dengan menggunakan metode statistik, perlu
diterjemahkan dalam bentuk simbolik. Simbol-simbol yang digunakan dalam rumusan
hipotesis statistik adalah simbol-simbol parameter. Parameter adalah
besaran-besaran yang apa pada populasi.
Sebagai contoh, hipotesis
penelitian yang menyatakan adanya perbedaan kematangan berpikir yang berarti
antara siswa putra dan siswa putri SMK Gajah Mungkur Yogyakarta. Hal ini
mengandung arti bahwa terdapat perbedaan kematangan berpikir antara siswa putra
dan siswa putri dari sekolah tersebut. Dalam statistika, rata-rata berarti mean
yang mempunyai simbol M, sedangkan parameter mean bagi populasi adalah m.
Oleh karena itu, simbolisasi hipotesis tersebut adalah:
Ha: m1≠
m2
(Hipotesis dua-arah) (kurang
spesifik)
Ha: m1
> m2
(Hipotesis satu-arah) (tepat dan
spesifik)
Atau
Ha: m1-
m2
≠ 0 (Hipotesis dua-arah)
Ha: m1
- m2
> 0 (Hipotesis satu-arah)
Dengan demikian simbol Ha
berarti hipotesis alternatif, yaitu penerjemahan hipotesis penelitian secara
operasional. Hipotesis alternatif disebut juga hipotesis kerja. Jadi, statistik
sendiri digunakan tidak untuk langsung menguji hipotesis alternatif, akan
tetapi digunakan untuk menolak atau menerima hipotesis nihil (nol). Penerimaan
atau penolakan hipotesis alternatif merupakan konsekuensi dari penolakan atau
penerimaan hipotesis nihil.
Hipotesis nihil atau null
hypothesis atau Ho adalah hipotesis yang meniadakan perbedaan antar kelompok
atau meniadakan hubungan sebab akibat antar variabel. Hipotesis nihil berisi
deklarasi yang meniadakan perbedaan atau hubungan antar variabel. Contoh dari
hipotesis nol secara statistik adalah:
Ho: m1-
m2
= 0 (Hipotesis dua-arah)
Ho: m1=
m2=
0 (Hipotesis satu-arah)
Pada akhirnya penolakan terhadap hipotesis
nihil akan membawa kepada penerimaan hipotesis alternatif, sedangkan penerimaan
terhadap hipotesis nihil akan meniadakan hipotesis alternatif.
Kesalahan dalam perumusan hipotesis dan pengujian
hipotesis
Dalam perumusan hipotesis
dapat saja terjadi kesalahan. Macam kesalahan dalam perumusan hipotesis ada dua
macam yaitu:
1.
Menolak hipotesis nihil yang seharusnya
diterima, maka disebut kesalahan alpha dan diberi simbol a
atau dikenal dengan taraf signifikansi pengukuran.
2.
Menerima hipotesis nihil yang seharusnya
ditolak, maka disebut kesalahan beta dan diberi simbol b.
Pada umumnya penelitian
di bidang pendidikan digunakan taraf signifikansi 0.05 atau 0.01, sedangkan
untuk penelitian kedokteran dan farmasi yang resikonya berkaitan dengan nyawa
manusia, diambil taraf signifikansi 0.005 atau 0.001 bahkan mungkin 0.0001.
Misalnya saja ditentukan taraf signifikansi 5% maka apabila kesimpulan yang
diperoleh diterapkan pada populasi 100 orang, maka akan tepat untuk 95 orang
dan 5 orang lainnya terjadi penyimpangan.
Cara pengujian hipotesis
didekati dengan penggunaan kurva normal. Penentuan harga untuk uji hipotesis
dapat berasal dari Z-score ataupun T-score. Apabila harga Z-score atau T-score
terletak di daerah penerimaan Ho, maka Ha yang dirumuskan tidak diterima dan
sebaliknya.
0 komentar:
Posting Komentar